uyungs

Serangan Balik Prabowo, Sang Kuda Hitam

In Uncategorized on Januari 31, 2009 at 6:35 am
APAKAH Letjen (Purn) Prabowo Subianto Kusumo bakal meraih sukses yang sama seperti Susilo Bambang Yudhoyono, koleganya sesama bintang TNI, yang membangun partai baru dan meraih simpati masyarakat dengan memanfaatkan momentum kegagalan pemerintahan Megawati-Hamzah Haz sehingga terpilih menjadi presiden pada tahun 2004? Belajar dari kegagalannya dalam konvensi Golkar menjelang pilcapres 2004, kini Prabowo serius pula membangun Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan hendak menjadikannya kendaraan politik bagi ambisinya menjadi presiden Indonesia.   

Kata ambisi bagi Prabowo yang lahir di Jakarta pada 1951 nampaknya bukan kosa kata yang harus dihindari, demikian menurut salah suratnya kepada sahabatnya ketika masih kecil. Menurut sebuah sumber dikatakan bahwa sejak berpangkat Kapten, Prabowo sudah menyampaikan analisanya bahwa untuk menguasai republik ini, seorang calon pemimpin negara mesti menguasai dua hal, yakni: Islam dan militer. Dalam bidang militer, Prabowo yang sejak usia 8 tahun bersekolah di Inggris sudah membuktikan kemampuannya hingga meraih pangkat jenderal berbintang tiga pada usia 46 tahun sebelum terpaksa meninggalkan dunia keprajuritan menyusul keputusan Dewan Kehormatan Perwira (DKP) pada tanggal 24 Agustus 1998.

Sebagaimana kita ketahui, DKP ditugaskan memeriksa kasus keterlibatan sejumlah perwira tinggi ABRI dalam penculikan sembilan aktivis prodemokrasi menjelang Sidang Umum MPR tahun 1998 di tengah-tengah kisruh desakan reformasi terhadap rezim Soeharto.Kekuasaan absolut Soeharto, mertua Prabowo karena perkawinanya dengan Siti Hediyati Hariyadi, waktu itu sedang mendapat tentangan keras dari berbagai komponen masyarakat ditengah-tengah himpitan krisis ekonomi yang dengan cepat bergeser menjadi krisis politik. Dalam pemeriksaan terbukti, tim Mawar yang beranggotakan 11 prajurit   Kopassus pimpinan Sersan Mayor Bambang Kristiono mengaku “mengamankan” sembilan aktivis itu. Fadli Zon, teman dekat Prabowo, pernah menulis di satu media mengakui peran karibnya, meski dalam nada pembelaan diri.

Kini dia pun hendak memanfaatkan koneksinya dengan partai Islam, kesempatan pertama yang muncul adalah peluang yang dibuka Partai Persatuan Pembangunan. Dalam acara ”Forum PPP Mendengar: Presiden Harapan, Harapan terhadap Presiden”, yang mendatangkan calon-calon presiden 2009, Prabowo semangat menyampaikan visi misinya. Prabowo dipertimbangkan karena tegas dan punya visi. Gagasannya dalam hal kemandirian ekonomi rakyat dinilai cukup populis. Prabowo memang pernah mengakui kekagumannya padamodel pembangunan Mahatir Muhamad yang memberi prioritas bagi pribumi Malaysia. Ekonomi kerakyatan dan revolusi di bidang pertanian menjadi program utama Prabowo. Revolusi Putih, begitu Prabowo menyebut program unggulannya, hendak melipatgandakan kapasitas petani peternak dalam produksi susu dalam rangka peningkatan gizi masyarakat Indonesia. Juga Revolusi Hijau kedua dalam bidang pertanian….

Dalam acara makan malam bersama Suryadharma Ali dan Lukman Hakim sebelumnya dikabarkan Prabowo terus meyakinkan petinggi partai Ka’bah itu bahwa dirinya tidak akan memanfaatkan aji mumpung jika terpilih menjadi presiden. Bisnis minyak buminya di bawah grup Tirtamas di luar negeri, yang digeluti bersama adiknya, Hashim Djojohadikusumo, relatif aman dari krisis global. Bisnis makin berkibar antara lain berkat kedekatannya dengan Raja Yordania, sama-sama mantan komandan special forces yang memiliki banyak kesamaan minat itu.

Raja Yordania pula yang menganugerahkan bintang penghargaan kepada Prabowo karena ekspedisi Tim Nasional Indonesia yang disponsori Prabowo pada 26 April 1997 sukses menaklukkan Puncak Sagarmatna (Alis Mata Samudra), salah satu puncak tertinggi Mount Everest berketinggian 8.848 meter. Tim itu terdiri dari para pendaki kawakan   gabungan Kopassus, Wanadri dan UI. Pendakian yang digagas Prabowo inimerupakan sukses pertama tim dari Asia Tenggara ke puncak dunia. Konon Raja Yordania sangat bangga karena untuk pertama kalinya ada   pendaki Islam yang melantunkan azan di langit-langit dunia itu.

Raja Yordania pula yang menawarkan kewarganegaraan kepada Prabowo meski kemudian ditolaknya, “Di sini, Anda tetap jenderal,” sambut Pangeran Abdullah ketika menyambut Prabowo yang memutuskan meninggalkan Indonesia selama dua tahun pasca pensiun dininya dari ketentaraan. Prabowo bahkan dijamu dengan acara kenegaraan. Bekas Panglima Kostrad itu pun menangis menerima penghormatan ini. “Itulah prinsip padang pasir. Teman adalah saudara, apa pun yang terjadi,” kata sebuah sumber. Kabarnya Prabowo juga sempat memberi masukan dan melatih militer Yordania. Malah ada kelakar, “Kini Prabowo jadi Pangab Yordania.” Dari bongkar-bongkar arsip media massa, kita ketahui Prabowo terpaksa menyerahkan jabatannya sebagai Pangkostrad pada 22 Mei 1998. “Saya bahkan tak sempat membuat memorandum serah terima jabatan. Istri saya, ketua Persit pun, tak sempat serah terima. Setahu saya, dalam sejarah ABRI,belum pernah ada perwira tinggi dipermalukan oleh institusinya, seperti yang saya alami,” ujar Bowo, demikian panggilan akrabnya di antara teman-teman dekatnya.

Bowo dengan pengalamannya di kesatuan elit Kopassus yang pernah mengikuti pendidikan militer di Fort Benning, AS dan ahli “perang gerilya antigerilya” tentu punya segudang strategi agar namanya diperhitungkan dalam bursa capres 2009. Tentu dia sudah merancang cara agar masa lalu tidak menjadi beban, kalau bisa malah diubah jadi kekuatan. Sejak tiga bulan yang lalu masyarakat dicecar dengan iklan-iklan Partai Gerindra yang punya ciri khas: “Saya Prabowo Subianto…” Berkat faktor frekuensi (konon didukung dana ratusan milyar) dan eksekusi iklan yang terkonsep baik, tidak butuh waktu yang terlalu lama mencuatlah nama Gerindra dan Prabowo. Nama putra Prof. Dr Soemitro itu mulai diperhitungkan sebagai calon alternatif di tengah-tengah kejenuhan masyarakat terhadap fenomena masih tampilnya muka-muka lama: Lu lagi lu lagi.

Beberapa waktu yang lalu, di sebuah kampus saya menampak seorang muda sedang membolak-balik dengan antusias sebuah cetakan, isinya tentang Tidar (Tunas Indonesia Raya), organisasi sayap pemuda dari Partai Gerindra. Pernah juga saya menguping percakapan antara dua pedagang di pasar, dari yang saya tangkap mereka nampaknya berharap pada gerakan Prabowo. Bulan Agustus tahun lalu ketika saya bertandang ke rumah seorang petani di pelosok Situbondo, saya mendapati segepok edisi majalah HKTI dengan wajah ganteng Prabowo di semua sampul depan. Nampaknya, sosialisasi sudah digarap sejak lama dan secara sistematis dari lapisan masyarakat terbawah. Serangan balik sang kuda hitam dengan strategi desa mengepung kota…

Tulisan asli sudah dimuat di: Kompasiana

  1. Pokona Prabowo hebat, harapan rakyat

Tinggalkan komentar