uyungs

Boediono, Politik, HAM, Demokrasi dan Ekonomi

In Uncategorized, wakil rakyat on Mei 19, 2009 at 6:30 am

Proses modernisasi dan demokratisasi adalah perjalanan yang panjang dan penuh risiko, juga penuh persimpangan yang menuntut keputusan-keputusan yang benar. Proses sejarah tidak mengenal belas kasihan. Hanya bangsa yang mempunyai pandangan ke depan, keyakinan, keuletan dan kecerdasan yang dapat menyelesaikan perjalanannya. Yang lainnya tidak beranjak dari posisi awalnya, atau menjadi negara gagal atau bahkan hilang dari peta sejarah.

Sejarah menunjukkan bahwa keberhasilan proses transformasi menuju masyarakat yang makmur, demokratis dan terbuka ditentukan oleh keberadaan kelompok pembaharu sebagai ujung tombak dan pengawal proses transformasi. Tanpa kelompok pembaharu, proses transformasi akan berisiko mandeg atau keluar dari jalur yang kita inginkan.

Geliat Cina, Raksasa Ekonomi Baru

In wakil rakyat on Maret 5, 2009 at 3:42 pm

Prediksi Goldman Sachs Economic Research dalam Dreaming with BRIC’s: The Path to 2050 nampaknya akan terwujud. Cina dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 9-10 persen per tahun, yang oleh banyak pakar dilukiskan sebagai bentuk lompatan kuantum dalam pembangunan ekonomi, diprediksi akan menempati peringkat pertama dalam kekuatan perekonomian dunia di tahun 2050.

Konon pada awalnya reformasi ekonomi Cina terinspirasi percepatan pembangunan negara-negara Asia Tenggara pada akhir tahun 70-an. Pada bulan November 1978, Deng Xiao Ping melakukan lawatan bersejarah berturut-turut ke Bangkok, Kuala Lumpur dan Singapura dengan membawa serta rombongan besar. Deng tak menyia-nyiakan kesempatan ini dengan melakukan diskusi intens dengan Perdana Menteri Lee Kuan Yew, kampiun kapitalisme Asia, sepanjang lawatan tiga harinya ke Singapura. Sepulangnya Deng telah punya gambaran cetak biru bagi pembangunan ekonomi negaranya yang berpenduduk 1,3 milyar itu.

Model pembangunan yang kemudian ditahbiskan sebagai socialist market economy amat mengandalkan kebijakan industrialisasi pro bisnis dan pro invetasi asing dengan insentif berlapis. Untuk meredam kritik dari dalam negeri dikemaslah program industrialisasi tersebut dalam program eksperimen special economic zones (SEZs) yaitu hanya dalam wilayah-wilayah tertentu, terutama di wilayah perbatasan area-area industri yang sudah lebih dulu berkembang.

Rakyat beri SBY kesempatan kedua ?

In Uncategorized on Maret 5, 2009 at 3:02 pm

Apakah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seorang pemimpin transformatif? Tak pelak lagi, baik kawan maupun lawan mengakui SBY seorang pemimpin yang baik, santun dan berwibawa. Namun sekali lagi pertanyaannya di sini: apakah presiden SBY telah berhasil menghantarkan bangsa ini bertransformasi menjadi negara yang kuat, disegani, adil dan sejahtera.

Meminjam konsep dan teori kepemimpinan, kita bisa membedakan kepemimpinan transformasional dengan kepemimpinan transaksional. Karena teori ini berawal dari ranah manajemen, maka wajar saja kalau selama ini figur-figur yang disebut-sebut pemimpin transformasional adalah para pimpinan perusahaan di Barat yang sukses menggerakkan transformasi korporat.

Mahasiswa saya mungkin segera menunjuk figur Jack Welch dan Lou Gertsner dari IBM. Di negeri kita bisa disebutkan figur Dr. Kuntoro Mangkusubroto yang sukses menerapkan strategi turn-around di PT Timah pada tahun 90-an. Pada situasi lain mungkin tepat pula menunjuk Robby Johan di Bank Mandiri dan Cacuk Sudaryanto di Telkom. Deng Xiao Ping, tokoh reformasi Cina yang mampu mendesakkan perubahan masif di negerinya mungkin tepat pula dijadikan contoh kasus.